Laman

Minggu, 18 Desember 2011

Bersyukur, Telah Sukses Mempermainkan Agama

Inilah bocoran dari aib saya, kenapa senang mempermainkan agama anda, hasilnya kini telah dinyatakan sukses. Padahal, memungkinkan saya juga menganut agama yang sama. Apakah ini suatu kesalahan? Saya tidak tahu!

Pasalnya, banyak orang yang beragama dan bahkan taat dalam menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka mudah tersindir, lalu tersinggung, kemudian marah membabi buta, tidka jarang justru menghabisi nyawa saudaranya sendiri. Dengan kata lain, taat dalam beragama akan memberi makna secara psikologis, namun kebanyakan tidak menggunakan nalar yang menjadikan mereka budak dari apa yang telah diyakinynya. Adalah dengan jiwa fanatisme.

Pada dasarnya, manusia diberi akal dan pikiran, hati serta perasaan. Tapi terkadang nafsu dalam diri manusia itu sendiri yang membuat mereka jadi merasa tidak sempurna, terlalu banyak keinginan. Sehingga mereka jadi tampak sinting karena ketaatannya menjalankan ajaran agama. Kenapa bisa begitu?

Secara emosional, orang yang taat beragama akan menjadi cengeng, dengan tiba-tiba mereka tampak seperti orang gila. Mudah menyesal ketika terjadi kekhilafan tapi besoknya akan cepat khilaf lagi, menahan hawa nafsu hanya terdapat pada momen tertentu,  misalnya saat musim bulan puasa mereka berbondong-bondong untuk menjalankan iibadah puasa. Yang tadinya pelacur, pemabuk, penjudi, pendusta, penghujat, dan pe...... lain-lain mendadak insyaf. Namun hanya pada saat itu saja.

Ketika saya senang mengkritisi penyimpangan dari perilaku mereka, berkobarlah hawa nafsu yang tidak terbatas, marah sejadi-jadinya. Menghujat, mencaci maki, memarahi, menghardik, mengancam, dan me...... lain-lain. Antara "taat beragama" dengan "memahami agama" terjadi perbedaan yang sangat jauh, padahal kedua kata tersebut saling berhubungan dan nyaris tidak boleh dipisahkan, justru mereka lebih suka menceraikannya. Menggunakan pemikiran dengan jiwa emosionalitas. Bukan pada cara pandang intelektualitas, seperti yang terdapat dalam makna "pemahaman" seutuhnya. Dengan kesadaran tanpa perasaan.
 

Tidak ada komentar:

Loading